A Ling
A Ling
Dua hari lagi hari raya Imlek menjelang. Masyarakat Tionghoa yang bermukim di desa Sukajadi di pesisir laut Bengkalis sibuk mempersiapkan diri menyambut Hari' Raya Imlek. Ku lihat kak Rina sibuk membuat kue keranjang yang sudah dipesan oleh beberapa warga Tionghoa tetangga kami. Kak Rina tetangga ku, jarak rumah kami kurang lebih tiga puluh meter.
Biasanya pada saat kak Rina sibuk aku selalu diajaknya membantunya membungkus kue keranjang, dan dibantu oleh Ati, demikian kami memanggilnya, wanita Tionghoa paruh baya yg masih sendiri dan sudah lama bertetangga dengan kak Rina. Datuknya merantau dari Tiongkok dan mencoba mengadu nasib di Bukit Batu, Bengkalis.
"Dah lame, wa tak tengok lu Bu guru, biase ade nampak di kedai Suan" tanya Ati padaku. Sapaan biasa sesama warga kampung ketika saling bertemu hanya untuk bertukar kabar.
Aku membungkus kue keranjang dengan kertas berwarna merah menyala untuk diantar ke kelenteng.
Keasyikan kami membungkus kue keranjang dikejutkan dengan bunyi lonceng sepeda yang dibunyikan Atan murid ku. Atan bertugas mengantar kue keranjang ke pelanggan kak Rina. Kue keranjang belum selesai dibungkus Atan sudah datang, " ngape lekas sangat dikau datang? belum sudah lagi kue ni dibungkus" ujar kak Rina.
" Tak de, apelah salah saye datang lebih awal Mak Lung, nak jumpe cek gu Melati".
"Ha, ape hal dikau Tan? Tanyaku menyela pertanyaan kak Rina.
" Aling, Bu." Mak die sakit, kesian Aling dah lah bapak die tak de, Mak die sakit pada saat Imlek " .
Atan murid ku, anak laki laki berbadan kekar berkulit hitam dia ketua kelas, selalu berempati dg temanya.
"Sekarang A Ling dimana? Tanyaku pada Atan.
" Saye barusan antar die ke rumah uncle die, Koh A Long. Katanya mau bawa Mama dia ke rumah sakit di Bengkalis Bu.
" Petang wa tengok di kedai Suan masih sihat si Santi" ujar Ati, sepertinya penasaran.
" Namelah nasib, mane kite tau Ti? Bile sakit tu datang, tak dapat menolaknya, ujar kak Rina. Aku hanya menyimak perbincangan mereka, membungkus kue keranjang dengan kertas minyak berwarna merah.
Pengalaman pertama terlibat kesibukan menyambut Imlek selama aku tinggal di desa pesisir ini. Keharmonisan penduduk dengan warga Tionghoa menjadi hal yang menarik bagiku. Berbaur setiap kegiatan dan hari besar di kampung ini. (Lasiakabran)
Posting Komentar untuk "A Ling"