Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Risau

 

Aku tersentak dari tidur siangku ketika mendengar alarm handphone berbunyi, cepat sekali batinku. Hari  ini aku merasa tak bersemangat dan merasa risau. 

Ingin sekali ku menghubungi orang tuaku hari ini, kuraih handphon,  ibuku yang berada jauh di timur Pulau Jawa kuhubungi dan kami saling bertanya kabar. Aku dirantau sendiri sejak memutuskan menikah dengan suami. 

Percakapan tak berlangsung lama, karena riuh suara adzan ashar mulai terdengar. Aku  bergegas ke kantor, karena hari ini ditugaskan untuk ikut upacara penurunan bendera.

 Sesampainya di kantor lapangan sudah ramai dan upacara berlangsung lancar, namun sayangnya keringat dingin keluar dari badanku. Segera setelah barisan dibubarkan aku berlari kecil ke arah parkiran. 

Aku termenung sejenak di motor kemudian memacu motorku perlahan menuju rumahku. Tetiba rasa rindu kampong halamanku di seberang pulau sumatera melanda. Ah, lagi-lagi perasaan rindu dan risau ini muncul lagi, campur aduk. 

Perasaanku tak nyaman tubuhku lunglai, sesampai di rumah aku berusaha untuk istirahat. Namun mata ini tak bisa terpejam. Tengah malam hanphoneku berbunyi , rasa kantuk yang mulai datang tetiba hilang. 

Ku lihat nama di layar bertuliskan "Ibu",  aku terdiam sejenak karena tak biasanya ibu menelfon malam hari. Segera ku angkat handphoneku,  kudengar suara ibuku bergetar di ujung sana. "Ris, Ayah meninggal".


Penulis : Eriskha Prahastiwi
Editor : Lasia Kabran

Posting Komentar untuk "Risau"