Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Melati

 

Putih, mungil dan harum. Dilihat sepintas biasa biasa saja, kelopak yang rapuh namun aroma yang dipancarkanya mampu menghipnotis ku.  Aku berhenti sejenak di depan kela 5.b, perdu melati memutih dan harum, kuusap kelopak yang meneteskan embun pagi.

Muridku Intan mendekat dan meraih tanganku, menciumnya sambil mengucapkan salam. Rutinitas pagi yang selalu kulakukan, menunggu muridku datang, dan satu persatu kusalami, mengusap kepala mereka sambil melihat kerindangan pepohonan dan kebersihan sekolah. Sebelum pukul tujuh lonceng dibunyikan , pertanda muridku berkumpul dan berbaris. Aku melihat dari kejauhan mobil Jeep memasuki pekarangan sekolah, menyebabkan debu bertebaran. Pria 42 tahun mendekatiku sambil membuka topi proyek pelindung kepala. Membawa tas kecil, sepertinya bekal, kulihat intan mengejar ayahnya, mengambil bekal dan memperkenalkan padaku bahwa ayahnya yang memasak, dan aku tau itu.  Ya.. Husin melakukan semuanya sendiri semenjak istrinya meninggal, ketika melahirkan adik intan. Sayang ibu dan bayi tidak tertolong.

 " Terimakasih Melati" ada getar suara Husin pada saat menyapaku, dia  melemparkan tatapan mata dan  senyumannya dari tatapanku, dan dia  berlalu sambil mencium kedua pipi putrinya. Aku hanya melihat tanpa ekspresi. Husin lelaki yang patuh pada ibunya. Dia  meninggalkanku karena memenuhi keinginan ibunya untuk menikahi anak pamannya. Ibu Intan murid kesayanganku. Dan sampai saat ini aku bertahan sendiri dan.menolak ketika Husin melamarku sebagai ibu sambung Intan. { Lasia kabran}

 

6 komentar untuk "Melati"

  1. cinta tak kesampaian ni ceritanya

    BalasHapus
  2. Balasan
    1. Yaaa... terimakasih sudah singgah dan membaca pentigraf sederhana ini.., semoga terhibur.😊🙏🏿

      Hapus
  3. Lebih patuh dan sayang ibu....susah tuh nemukan sekarang

    BalasHapus