Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

‎JANJI 1‎



Menikmati kerindangan pohon pinus disepanjang jalan menuju rumahku
  merupakan cara ampuh mengusir rasa letih dan bosan. Kuperkirakan aku tiba di rumahku pukul 5 sore.Semua harus diperhitungkan dengan tepat, ibu menungguku. Saat ini kondisi anakku demam panas, tidak mudah menjadi orang tua tunggal untuk putriku Intan.

Lima belas menit lebih cepat dari rencana semula. Kumasukkan jeep tua ke garasi,banyak jejak sepeda di depan tangga rumah. Mak menyambut kedatanganku disusul Intan dengan wajah memerah. Kusalami ibuku dan kurengkuh tubuh hangat gadis mungilku. Kurebahkan tubuh Intan di sofa ruangan keluarga yang menjadi tempat favoritku dan Intan. Ibu menyediakan teh hangat perasan jeruk kesturi,minuman yang selalu disuguhkan untukku. Kudekati Intan, keningnya masih panas, ibuku katakan panasnya jauh lebih berkurang.”Yah, tadi bu Melati dan kengkawan tengok Intan, rindu sangat lah same bu Melati, bile boleh sekolah yah?” celoteh Intan setelah ku raba keningnya.

Aku beranjak ke kamar meletakkan ransel, ibu mengikuti dari belakang.”Mak tengok dari tingkap, Melati datang dengan murid die,mak jemput naik ke rumah, kejap je die di rumah ni. Maafkan Mak Sin” getar suarannya terdengar jelas, dan aku dapat rasakan penyesalan ibuku. Tidak ada alasan menolak keinginan ibuku untuk menikahkan aku dengan Nurazmi, anak paman yang menghidupi kami berdua semenjak ayahku wafat hingga aku meyelesaikan S1 perminyakan di Unri. {Lasia Kabran}

 

 

1 komentar untuk "‎JANJI 1‎"