Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Koreansan 7

Rapat hari ini dilanjutkan setelah makan siang, sayang makan siang hari pertama rapat dengan Bos besar tidak dapat kunikmati. Sungguh! tak ada selera makan ku, karena harus satu meja dengan  Mr. Chin Hae yang kaku dan memiliki mata dan sebeku es, dingin dan menakutkan bagiku. Hanya melihat dengan sudut mata tanpa tegur sapa layaknya seorang pimpinan pada stafnya. Nasi yang kuambil tidak habis, untungnya Desi membawakanku salad buah dan bisa kunikmati secepat kilat. Sebelum masuk ke ruang rapat aku menuju mushalla melaksanakan sholat zuhur. Di mushalla aku bertemu dengan pak Hendro, David dan Riko, dimana yah Dini dan Desi?mataku mencoba mencari mereka, tapi tak menemukannya.

Di ruang rapat sudah berkumpul semua peserta rapat, manajaer dan kepala devisi, Mr. Mr. Song Dhu Koen sudah duduk di kursi istimewa yang disediakan untuknya. Kali ini di ruang rapat  Mr. Chin duduk berhadapan persis di depanku, seingatku rapat tadi pagi dia duduk disampingMr. Beom Seok , Pimpinan cabang dari Kalimantan yang tampan dengan frame kaca mata hitam, cakep untuk ukuran ku. Sayang matanya selalu berkedip, mungkin bawaanya demikian, Mr Boem Seok ramah, menguasai area wilayah produksi agrobisnis yang menjadi tanggung jawabnya, cara dia menjelaskan bagaimana menghadapi kendala dengan kondisi alam dan tekstur tanah yang tak jauh berbeda dengan Wilayah Riau. Pemaparan yang sempurna dan solusi yang tepat untuk menghindari kerugian dari perusahaan. Aku bagaikan mendengarkan penjelasan dosenku semasa di bangku kuliah, menarik dan yang membuatku terkagum- kagum, dia menggunakan bahasa Indonesia diselingi dengan bahasa Inggris.

Sekarang giliran Mr. Chin yang duduk dua jarak kursi di hadapanku,dia akan menjelaskan kepada kami di  ruangan rapat ini, khususunya para kepala devisi dan manajer perusahaan besar yang mengelola pertanian dan beberapa pabrik besar. Beliau menjelaskan strategi mengelola dan mengontrol kualitas produksi dan pemasaran, baik produksi yang diperuntukkan di dalam negeri maupun yang akan diekspore. Aku amati, sebenarnya si Beku ini memiliki wajah yang manis, matanya kadangkala tersenyum,tatapan matanya teduh pada audien yang bertanya, dan dia akan memberikan tekanan pada tujuan kalimatnya sangat tepat, sehingga kami mampu memahami apa yang disampaikannya, bahasa Inggris dan bahasa Indonesinya cukup mashir,namun ketika dia tidak tau beberpa kosa kata dalam bahasa indonesia dia akan menyampaikan ke dalam bahasa inggris sesuai padanan kata yang dimaksudnya. Sepintas aku melihatnya bukanlah seperti orang Korea, aku berfikir dia seperti orang jepang, dengan garis tegas di guratan wajah dan senyumnya. Sepengetahuanku dari Dini, pria korea tampilan mereka lebih cantik dan sangat menjaga perwatan wajahnya, jadi tidak heran melihat cowok korea banyak yang cantik dari pada tampan..hehehehe…

Mr. Chin sebagai pimpinan cabang di Jakarta lebih banyak membahas manajemen kualitas produksi, karena kuamati  pada saat menjelaskan beliau selalu menyebutkan perlunya kontrol oleh tim devisi untuk menghasilkan suatu produk yang berkualitas, gestur tubuhnya pada saat berkomunikasi juga tidak terlalu kaku.walaupun tarikan bibirnya menandakan dia seorang pemikir. Dengan tangkas dia menjelaskan alur produksi dan pembiayaan,heeemmm, hilang kekakuan dan kebekuan diwajahnya ketika dia memaparkan rencana kedepan perusahaan besar ini, dan jujur ada kelembutan dipancaran matanya yang dingin, aku terpana.  Selesai paparan dan penjelasan petinggi perusahaan cabang Jakarta dan Kalimantan, pak Hendro mengambil alih  diskusi kami dengan mempersilahkan coffe break dan istirahat bagi yang akan melaksaakan sholat ashar. Ada beberapa orang yang keluar dari ruang rapat untuk laksanakan sholat ashar,dan ada sebahagian hanya menunggu di ruang rapat. Aku bergegas dan keluar enuju mushalla, diikuti Dini dan Ira. (Lasiakabran) 



Posting Komentar untuk "Koreansan 7 "