Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

PPDB Rekanku

Tanpa terasa sudah sepekan, rutinitas dan aktifitas perawat serta jam pemberian obat menjadi hal yang patut dan pantas dijalani dengan senang hati, RS ini termasuk rumah sakit yang cukup lama berdirinya, jika tidak dikatakan tua. RS ini mengutamakan pelayanan, keramahan dan kedisiplinan yang jadi andalan, ada teman yang nyeletuk, kok kamu di RS ini, kan banyak RS yang baru dn ada BPJS nya juga, aku hanya menjawab " di RS ini aku merasa nyaman ketika ayah ibu sakit di rawat di sini, setiap 5 waktu adzan terdengar melalui speaker yang dipasang di setiap kamar, 15 menit sebelum adzan murotal berkumandang, membuat hati tentram,ikhlas menghadapi cobaan sakit ini" ucapku berargumentasi.. 

Agar rasa jenuh tak membeku, selalu ku membatin dengan rasa syukur tak henti dan ucapan terimakasih pada sahabat kerabatku yg datang silih berganti, dengan membawa  berbagi cerita dan berita, atau saling mengingatkan semua yang kita alami, susah senang.

Siang itu aku ditelpon teman semasa SMA di Rumbai yang mau berkunjung. dan bertanya mau dibawakan apa,? dengan riang hati kusebutkan makanan favoritku, sate bundokandung, maaf bukan maksud untuk tayang iklan...hehehe.. beberapa saat kemudian sahabatku itupun datang bertiga, dalam hal ini tak disebutkan inisial namanya  agar lebih nyaman lagi kita bercerita yaa... nah yang satu ini aku tidak mengenalnya sebagai temanku, namun aku ingat wajah inilah yang dengan emosi tidak menerima hasil PPDB berbasis zonasi, karena anaknya tak terjaring di sekolah yang diinginkan. 

Dengan nada tinggi masuk ke ruangan kantorku dengan nada protes dan ingin berjumpa pejabat, agar bisa menyampaikan uneg unegnya. Adek- adek di kantor hanya mendengarkan dan menjelaskan aturan zonasi pada ibu tersebut, namun beliau belum puas jika bukan Kepala Dinas atau pejabat Disdik yang menerangkan. Aku hanya mendengar dibalik ruanganku tanpa ikut nimbrung, namun ketika nadanya sudah tinggi dan merasa tidak dilayani dengan baik, akupun beranjak dari kursiku,.." 

Ada yang bisa saya bantu bu? " sapaku degan wajah dan senyum super ramah yang kupunya, ketika itu, kupersilahkan masuk ke ruanganku dan kusodorkan segelas air mineral, agar emosinya sedikit mereda. " gini buk, aku mau masukkan anakku ke sekolah yang dekat rumah, tapi tak masuk, macam mana aturan sebenarnya buk, aku dulu sekolah di sekolah itu, anakku juga, ponakanku juga, ini anak adikku dimasukkan di situ tak masuk dia" dengan bersemangat dan masih ada sisa emosinya menceritakan proses pendaftaran PPDB berbasis zonasi ini. Aku dengan tekun mendengarnya dan menatap wajahnya dengan seulas senyumku yang sekali lagi senyum termanis untuknya. 

Setelah dia puas menumpahkan kekesalannya, baru kujelaskan aturan pemerintah menetapkan PPDB berbasis  Zonasi, keuntungannya untuk semua, dan sepertinya beliau sudah mulai memahami, jika tidak diterima di sekolah tersebut masih banyak sekolah swasta yang bagus kataku padanya." Saya yakin ibu mampu untuk menitipkan anaknya di sekolah swasta, dan sekolah swasta tinggal dipilih mau yang berkualitas dan biaya murah sangat banyak, aku sebutkan satu persatu nama sekolahnya.   

Kulihat wajahnya masih mikir, dan tercetuslah dari bibirnya," buk, ibuk bisa bantu ndak agar anak saya bisa masuk sekolah negeri, bagaimana caranya lah buk." Makjlebbb..toweng..toweng..alaram dikepalku berbunyi...adek- adek di kantor dan teman akrabku sangat tau dengan karakterku, yang kayak begini gak ada dalam kamusku, senyum termanisku pupus seketika,aku hanya sebutkan " bu anak saya 4, tidak satupun mereka saya urus sekolah di Negeri, saya tidak mau mengajarkan yang tidak jujur pada anak saya, lalu untuk anak orang lain saya tak jujur? Maaf bu, saya tidak bisa bantu. 

Suasana hening sejenak di ruangan ku, kupersilakan dia meneguk air mineral yang sudah kusediakan, tapi dia menolaknya, dan minta izin membawa air mineral untuk dibawa pulang saja, maka berlalulah sudah ibu yang diawal datang dengan  marah dan diakhir pertemuan menunjukkan wajah kesal, tapi jadilah berkurang rasa marahnya.

Siang ini ibu yang wajah marah dan kesalnya terekam di benakku berada dihadapanku, membezukku, dan ternyata dia teman SMA ku, yang tidak kukenal, karena beliau di kelas IPS, sementara aku di kelas IPA 1. 

Dan saat pertemuan di kamarku pada waktu menjengukku dia kusapa dengan mencoba mengingatkan kembali bahwa dialah yang datang ke kantor, ke ruanganku dengan "esmosi" tinggi, dia tertawa lepas dan tanpa malu malu  menyebutkan " aku tak tau kalau kau tu kawanku, sekarang kan dah tau nih, tolonglah aku" aku hanya bilang aku cuti tak ada urusan kantor diselesaikan di rumah sakit. 

Temanku titin nyeletuk," kalau yang kayak gitu takkan mau dia, parah dia ni, anakku aja tak ditolongnya" aku hanya tertawa lepas, abaikan gunjingan mereka...jadi teringat adek adek perawat yang "saklek" menjalankan aturan SOP tugasnya...melayani dengan hati nurani islami, ..@andai semua memahami dan mencoba berjalan dengan benar takkan ada pertikaian... upss sudah pukul 9.00 ssaya mau bersih bersih dulu, nanti dokter mau berkunjung cek kondisi fisik saya, terimakasih yang sudah kasi respon  dan doa...love you so much... 

Posting Komentar untuk "PPDB Rekanku"