Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kereta Malam

 

 Bermalam di kereta Api menuju Yogyakarta bukanlah pertama kali kulakukan. Kamu yang duduk dihadapanku menatap dan melempar senyum lalu kau mendatangiku, Lala kan? Masih ingat aku? Aku tersentak, dengan gestur yg sangat aku kenal dimasa lalu  dan aku berusaha mati matian untuk melupakannya. Bang Irfan aku manggilnya, lelaki baik, Sholeh yang aku kagumi diam- diam pada masa itu.

“Ke Yogya La?” Aku mengangguk dan menjelaskan sedang perjalanan dinas. Obrolan ringan  bertanya kabar, kondisi ibuku dan karierku, menanyakan keadaan anak - anak dan tentu saja suamiku, matamu lekat menatapku. Kamu belum menikah, belum ada yg kutemukan seperti harapanku jelas mu, aku hanya mendengarkan dan tak berusaha menanyakan mengapa. Ada getar di hatiku namun segera kuingatkan diriku bahwa ini masa lalu dan aku telah melukainya.

Pukul 4 subuh kereta api berhenti di stasiun, tanpa sungkan dia memelukku, ada rasa kaget, spontan aku membalas pelukannya sampai jumpa bang Irfan bisikku maafkan saya, pelukanmu semakin erat  maafkan juga abang ucapmu lirih. Aku bergegas meninggalkanmu. Mobil kantor bergerak meninggalkan stasiun, smartphoneku berbunyi, telpon dari Titin sahabat masa SMA ku, " La, bang Irfan meninggal jam 3.45 barusan, aku di telp bang Rezi dikebumikan setelah Dzuhur. Aku bilang sama Rezi kamu dinas ke Yogyakarta. Ya Allah. Lalu yang memeluk ku erat tadi siapa? Innalilahi wainailaihi rojiuun... {Lasia Kabran}

Posting Komentar untuk "Kereta Malam"