Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Gong Malam

Akhirnya, Bidah hanya menundukkan kepala dan memilin ujung selendangnya dengan ibu jarinya, gemeretuk gigi yang beradu menahan amarah dan kesal. Akhirnya waktu yg dijanjikan ayahnya dengan Tuan Bujang tinggal satu hari lagi. Ayah Bidah sudah ingatkan anak gadisnya yang baru bulan lalu mendapat haid pertama, " jangan degil nak, besok masamu tiba, elok elok laku ye" ujar ayahnya.

Bidah mengendap- endap berjalan dikegelapan malam, melintasi kuburan keluarga, sudah lengkap dan cukup semua yang dibutuhkannya, tuk Libas memberikan secarik kertas yang dibungkus kain yg warnanya tidak putih lagi.

Waktu yang ditunggu-tunggu Tuan Bujang sudah di depan mata, debaran jantung nya bertalu talu, bagaikan gong yg ditabuh. suara Calempong mengeluarkan dentingan suara magis , suara yg membuat bergidik hati Bidah. Suasana pesta adat masih berlangsung hingga tengah malam. Dan berakhir ketika suara gong berhenti secara tiba - tiba. Tuan bujang hilang berlari tunggang- langgang ditengah kegelapan sambil menjerit-jerit tak tentu arah, ketika melihat Bidah keluar dari kamar pengantin dengan riasan yg membuatnya ketakutan. Malam itu Bidah tersenyum bahagia. {lasia kabran}

Posting Komentar untuk " Gong Malam"