Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Inong

 


Inong berjalan kaki ke sekolah diselingi lari kecil, sepertinya dia takut terlambat. Aku mengikutinya dari belakang, kupercepat mengayuh pedal sepeda agar bisa mendekati Inong. Bunyi dering sepedaku mengejutkan Inong, dan dia menoleh kebelakang dan tersenyum ," pagi Bu guru" sapanya.

Inong duduk diboncengan sepedaku, dan tak berhenti bercerita sepanjang jalan menuju ke sekolah. Pagi ini dia bercerita mengambil air ke sumur umum setelah sholat subuh, dengan bangganya dia bercerita sudah membantu ibunya. Setiap hari Sabtu dan Minggu Inong ikut ayahnya ke kebun getah ikut menakik getah, sepertinya dia senang melakukan pekerjaan petani getah. Sekali waktu Inong dan ayahnya bertemu babi hutan, ada perasaan takut, namun rasa takut hilang ketika Inong melihat ayahnya berhasil mengusir babi hutan ditengah kebun getah yang rindang dan masih temaram pada saat jarum jam menunjukkan pukul 6 pagi.

Lelahku mendayung sepeda tak terasa sambil mendengarkan celotehan Inong. Namun dayungan sepedaku terhenti ketika Inong menyentuh pinggangku,  memintaku berhenti mendayung sepeda. Inong  meloncat dari boncengan sepedaku." Berhenti kejap bu, datuk berdiri di depan kite" aku terpaku takjub, tepat di depan babi hutan besar berdiri dan mengeluarkan suara khasnya. Rasakan copot jantungku. Inong dengan berani mengusir babi hutan dan kudengar ada mantra yang dibacanya, babi itupun berbalik dan lari masuk hutan getah diseberang jalan kampung pesisir. { Lasia Kabran}

Posting Komentar untuk "Inong"