Banjir
Dua hari muridku tidak sekolah, desa Sukajadi dilanda banjir. Air sudah merendam beberapa rumah penduduk hingga ke atap rumah. Sebahagian penduduk sudah mengungsi ke balai desa yang letaknya tidak jauh dari rumahku. Beberapa muridku juga mengungsi ke masjid yang letaknya di dataran yang lebih tinggi. Rumah panggung tempatku berdiam aman dari jangkauan air. Beberapa rumah penduduk yang terletak di dataran yang lebih rendah terendam air, bahkan hingga keatap rumah mereka. Rumah orang tua Atan dan Inong aman dari rendaman air. Rumah penduduk yang berbentuk panggung akan aman dari rendaman air.
Banjir ini selalu terjadi setiap tahun, dan merupakan bencana musiman. Ku amati muridku sangat menikmati musibah banjir yang melanda desa, sekolah diliburkan. Inong mendayung sampan hilir mudik mengantarkan bantuan sembako untuk pengungsi. Dengan cekatan Inong hilir mudik dari posko Sembako ke titik penampungan, dan dia salah satu petugas cilik di garda terdepan.
Rumahku ditunjuk sebagai tempat pengungsi, Mak Cik Ramlah dengan cucunya Rahmah bergabung di rumahku dengan tiga wanita dewasa dan lima kanak-kanak, ada kekhawatiranku rumah ini akan roboh, namun pemilik rumah katakan, kayu rumah ini cukup kuat. Siang hari Cik Rahmah menghidupkan api di tungku kayu, persiapan makan siang. Tetiba papan dapur berderak, tungku yang berisi dandang air meluncur ke bawah beserta tungku yang sedang menyala. (Lasiakabran)
Posting Komentar untuk "Banjir"