Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Loyal


Bantingan map di atas meja Rosa menganggu kami yang ada di ruangan redaksi. Rossa menghempaskan tubuhnya dikursi kerjanya, diputarnya kursi itu sambil memegang kepalanya yang tertutup hijab kuning muda. Gadis yang lincah dan selalu tersenyum ceria disetiap hari, namun beberapa hari ini kelihatan murung dan senyum di wajahnya  tak tampak lagi.

Kudekati Rosa yang mulai tampak tidak sabar dengan kondisi perasaannya saat ini, dengan suara yang bergetar menahan emosi  menceritakan kesulitannya dalam mengambil sikap. Ternyata keceriaannya selama ini merupakan kamuflase duka menahan perasaan, batiku sambil mengamati wajah manisnya.“Aku sudah  tak sanggup melayani keinginan si bos”, ujar Rosa dengan emosinya yang berusaha dipendamnya,aku mendengarkan keluhanya. Rosa diminta untuk menyediakan apa yang selalu dipinta si bos. Aku masih mendengarkan keluhanya, kini aku balik bertanya pada Rosa. Apa sebenarnya yang membuatnya merasa tertekan, minta apa sih si bos denganmu? Tanyaku sedikit kepo, dan Rosa menjawab pertanyaaku dengan senyum dan gelengan kepala.

Senin pagi tepat pukul 10 wib, aku memasuki ruangan umum menjumpai Rosa, sebagai kepala devisi perencanaan, Rosa diperhitungkan loyalitas dan kinerjanya. Namun yang kudapati kursi yang biasa Rosa duduki kosong, mejanya juga bersih tanpa berkas. Aku bertanya pada Yessi yang selalu kulihat bersama Rosa. Betapa terkejutnya aku, Rosa dipindahkan ke bahagian pergudangan. Kudesak Yessi untuk menceritakan apa sebenarnya yang terjadi. Sedih, hanya itu yang mampu kuutarakan ketika Yessi mengatakan Rosa dipindahkan karena tak bersedia mengikuti keinginan si Bos, tak loyal pada pimpinan. Keinginan menggunakan uang kantor untuk kebutuhan dan keperluan pribadinya, Siapapun tak akan mau melakukan, apalagi aku! Emang uang nenek moyangnya? Geramku dalam hati.(lasiakabran) 

Posting Komentar untuk "Loyal"