Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Guruku

 

Ruang kelas ini masih sama seperti dulu ketika kutinggalkan untuk kuliah ke ibu kota provinsi . Papan tulis dari papan hitam sudah berganti dengan papan tulis mika, ada bekas tinta spidol hitam yg meninggalkan warna tak rata. Yang lain masih suasana 13 tahun yg lalu. Aku kembali  ingin memberikan bantuan komputer untuk sekolah yg sudah menempaku menjadi seperti sekarang. Saat ini aku disebut orang sebagai pengusaha sukses. Kudirikan beberapa perusahaan dengan merekrut pemuda kampungku sebagai karyawan.

Sekolah masih sepi, aku menunggunya diruang majelis guru, gadis manis yang berpenampilan sederhana dan aku tergila-gila padanya, dia guru Matematika. Masa itu aku siswa dengan usia yang tidak remaja lagi karena tempaan kemiskinan. Diusia SD aku lalui 8 tahun, SMP aku lalui 4 tahun,  dan kelas 3 SMA usiaku sudah 20 tahun.

Aku mendengar langkah kaki dengan ketukan sepatu yang sampai saat ini aku kenal. Aku berdiri di depan pintu ruang majelis guru, dia kepala sekolah saat ini. Kami saling menatap, tak ada senyum manis di bibirnya, tatapan mata indahnya dingin menghunjam jantungku. Dia hanya mengucapkan terimakasih padaku. "Laila, aku datang bukan hanya memberikan bantuan komputer untuk sekolah, aku kemari ingin melamarmu seperti janjiku, janji kita”. Aku berusaha menggenggam jemari halusnya, seperti dulu. Tanganku ditepisnya. "Terimakasih Haris kamu menepati janjimu untuk melamarku jika kau berhasil menjadi pengusaha sukses, tapi bukan melamar ku untuk menjadi istri ketiga mu." { Lasia Kabran}

1 komentar untuk "Guruku"