Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bill Kopi




Enam bulan menjadi warga kota Pekanbaru bukanlah perkara yang mudah bagiku. Aku harus beradaptasi dengan lingkungan baru yang belum kukenal sama sekali. Lingkungan tempat tinggal Kupilih di area tengah kota tak jauh dari kantorku. Berdekatan pusat keramaian tempat warga kota berkumpul.

Sepulang kantor aku tidak langsung pulang, namun aku memacu kendaraanku ke cafe yang tak begitu banyak pengunjungnya, hanya orang orant tertentu memilih cafe ini. Dan selalu orang yang sama kujumpai.

Kendaraan kuparkir disudut yang teduh, aku berjalan menuju ruang dalam kafe. Pak Antoni pria teman jogingku melambaikan tangannya mengajakku bergabung dimejanya. Selain teman kerjaku baru beliau pak Antoni yang kukenal di kota ini. Lelaki paruh baya yang kukenal di area MTQ. Keasyikan kami ngobrol terhenti ketika dia menjawab WhatsApp, dan beberapa saat menerima telpon. Pak Antoni meminta izin untuk mengangkat telpon ketika perbincangan kami terhenti. Aku mengangguk menyetujui. 

Aku sempat nguping pembicaraannya, mesra dan santai. "Assalamualaikum Honey, gimana? Sibuk hari ini? Dan aku melihat gurat tersipu di wajahnya, aku tulikan pendengaranku. Sejenak kemudian kudengar dia juga mengangkat telpon, dari anaknya, dan mematikan hubungan telpon dengan wanita yang dipanggilnya Honey serta memberikan kecupan kiss bye sebelum menutup pembicaraan. Tanpa kutanya dia menjelaskan, ada perasaan bahagia setiap ngobrol dengan kekasihnya, yang enggan dilepaskannya. Bahagia yang mencekam dan mendebarkan ujarnya, ada keinginan bertemu, namun kekasihnya selalu menolak, karena mereka punya kenalan yang banyak di kota ini. Beberapa detik kemudian pak Antoni bergegas berdiri berjalan menuju mobilnya," ya ..ma, papa mau pulang nih!" Dan aku tertegun melihat kopi yang ditinggal dan bill yang belum dibayarnya... (Lasia Kabran)

4 komentar untuk "Bill Kopi "