Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pelangi

 

Selesai sholat Ashar aku berkemas menuju pantai Dayun, sudah janji dengan Inong, Atan dan Lie Lian muridku.Sebenarnya Totok dan Fauzi ikut serta, namun mereka harus ke ladang membantu ibunya menyiang sawah tadah hujan.dan aku tau mereka sangat ingin ikut dengan rombongan kecilku.

Kami, aku dan muridku sudah lama merencanakan piknik ke pantai, dan yang menggagasnya Lie Lian. Aku membonceng Inong, sementara Lie Lian menaiki sepedanya sendiri, Atan membonceng Safi'i. Pukul sembilan rombongan kecilku menapaki jalan tanah yang berdebu jika dimusim kemarau dan akan berlumpur bagaikan kubangan kerbau jika musim hujan tiba. Jalanan ini belum beraspal sepenuhnya. Mereka mendayung sepedanya dengan riang gembira. Lian bersenandung, sementara Inong selalu ada bahan untuk diceritakannya, dan aku jadi pendengar terbaiknya. Aku lihat mereka senang, ada bahagia dan pilu berbaur , rasa itu terselip di hatiku. Andai aku berhasil mengurus kepindahanku ke ibu kota provinsi, lalu bagaimana dengan mereka? Sahabat kecilku.

Lamunanku dalam perjalanan terganggu begitu suara klakson mobil melintasi kami. Dan kudengar Atan menyerukan sebuah nama dengan suaranya yang Lantang. Kurapikan letak topi pantaiku yang diterpa angin bawaan Jeep yang melintasi kami. Inong masih bercerita ternak kambingnya dengan semangat. Atan yang meluncurkan sepedanya ke arah mobil Jeep di bibir pantai. Kami mengikuti dari belakang. Aku baru menyadari pengemudi mobil yang namanya diteriaki dengan suara lantang Atan. Ya... Hendra donatur beasiswa untuk anak anak berprestasi dari keluarga tak mampu. Lha..dia ada disini? Apakah mereka juga sudah buat janji? Aku salah tingkah ketika pak Hendra menghampiri ku dan menyambut kedatangan aku dan murid muridku. sekeranjang makanan dan buah buahan, 2 boks minuman kaleng kesukaan anak anak.

Inong meloncat dari boncengan ku dan memelukku dengan gembira, "selamat ulang tahun Bu Zulaikha, jangan tinggalkan kami, tetaplah mengajar di sini" aku hanya mampu memeluk dan mengusap kepala muridku satu persatu. Hendra memberikan senyumannya padaku dan mengangkat helem proyeknya seperti mengucapkan tanda setuju mendukung murid muridku.aku berpaling dari tatapannya, jangan sampai dia tau isi hatiku. {Lasia Kabran}

Posting Komentar untuk "Pelangi"