Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

AKHIR SEBUAH HARAPAN

 

Sisa guyuran hujan di sore Jumat  meninggalkan lumpur beraroma lembab tanah. Semburat jingga menerpa halamanku melalui sela-sela jemari daun nyiur yang bergerak lembut ditiup angin semilir. Aroma amis air laut tercium, dengan mata tertutup kuhirup aroma damai di senja yang tak ingin kulewati begitu saja. Sayup suara gharim Usman mengaji, pertanda waktu azan maghrib akan berkumandang. Jarak masjid dengan rumahku hanya 30 meter, tak jauh.

Intan keluar dari kamar lengkap dengan mukena,muridku yang telah empat hari tinggal bersamaku. Semenjak Intan di rumah aku selalu mengajaknya sholat Maghrib di Masjid, dia sangat senang. Karena di Masjid banyak teman yang dijumpainya, kemudian dilanjutkan belajar mengaji hingga Isya.

Pukul delapan lewat lima puluh menit Intan selesai mengaji, kami berjalan pulang. Dari kejauhan kulihat jeep tua milik Husin parkir di halaman rumahku. Intan mengenal mobil ayahnya,  secara reflek Intan bertanya padaku.”Ayah  nak jemput Intan bu?” tanyanya. Aku mengangguk, dan dia memegang lenganku dengan erat. Husin berdiri menyambut kedatangan kami berdua. Intan berlari menyongsong kedatangan ayahnya, tubuh mungil itu diangkat dan digendong Husin, jeritannya lepas ketika digendong ayahnya membuat aku tersenyum. Aku mengajaka intan mengambil pakaian dan mainan yang dibawanya ketika menginap di rumahku. “Ayah, Intan  tak nak balek, di sini je, same bu Melati” pias wajahku melihat tatapan Husin. { lasia kabran}

4 komentar untuk " AKHIR SEBUAH HARAPAN"

  1. Izin meninggalkan coretan buk...
    Keren.

    BalasHapus
  2. Terimakasih Juhari...sekali waktu bikin filem pendek tentang anak nelayan

    BalasHapus
  3. Nice kak..ceritanya gak rumit..👍

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih dek... silahkan membaca di blog kk yaaa

      Hapus