Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Honey


Hari Senin, bulan Syawal hari yg ke 7, dan aktivitas sekolah di desa Sukajadi sudah dimulai. Covid-19 masih marak di daerah lain, tapi tidak di kampung kecil ini. Kedai Acik Suan masih buka, warung kopi Sumber juga ramai pengunjung yang singgah sepulang dari menakik getah. Koh Along senyum sumringah menyapa pengunjung warung kopinya.

Aku mendayung pedal sepeda menuju sekolah tempatku bertugas sambil bersenandung. Terasa ringan dayungan sepedaku. Bahagia bisa kembali ke desa yang kuanggap kampung keduaku setelah Pekanbaru tempat lahirku.

Dayungan sepedaku terhenti ketika lambaian tangan Atan memanggil namaku. Atan berdiri di depan warung kopi Sumber, dengan sahabat dewasanya Husin. Lelaki yang tak pernah jera mengaduk-aduk hatiku. Satu persatu muridku keluar dari kedai kopi koh Along, Inong, Arif, dan si mungil Intan menggenggam jemari Alien. Mereka mendekatiku agar aku mau singgah sarapan di warung kopi koh Along. Aku menolak dengan tegas, karena mereka semua harus ke sekolah, hari ini hari pertama sekolah setelah liburan lebaran.

Husin memohon agar mengizinkan muridku sarapan dengannya. Dia berjanji anak-anak sudah di sekolah sebelum bel berbunyi, diantar dengan jeep tuanya. Matanya menatapku tanpa berkedip, dan aku jengah menerima tatapannya."Honey, izinkan mereka menikmati sarapan pagi denganku dan Intan, hari ini Intan ulang tahun, berikan kebahagiaan untuknya". Intan gadis piatu mungil dan manis. Anak Husin kekasihku ketika kuliah dulu, Intan berlari memeluk pinggulku dengan manja, honey sapaan istimewanya yang sudah lama tak kudengar, aku tak punya keberanian untuk menepis genggaman jemari Husin dijemariku maafkan aku honey, getaran bisikannya lirih ditelingaku.( Lasia Kabran).

2 komentar untuk "Honey"