Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

CINTA DALAM DIAM.


Kokok Ayam hutan bersahut-sahutan, terdengar sayup di telinga Lanti, dokter yang sudah lama bertugas di kota kecil Bagan siapiapi yang dulu terkenal dengan hasil ikan lautnya. Lanti beranjak dari dipannya dan bergegas berwuduk untuk melaksanakan sholat malam dan akan dilanjutkannya dengan membaca Alquran sebelum waktu sholat subuh menjelang.

 dr. Lanti gadis  manis berkulit kulit kuning langsat dan bersih, rambutnya diikat kepang kuda, rambut ikal yang indah dan sudah mulai ditumbuhi uban satu- satu diantara helaian rambut indahnya yang selalu harum. Tubuhnya tinggi semampai untuk ukuran gadis Melayu, dengan tinggi 162 dan berat tubuhnya diperkiraian 58 kg. Usianya 52 tahun namun terlihat seperti gadis berusia 35 tahun, terawat dengan indah, postur tubuh yang ideal. Selalu teryenyum ramah dan selalu menyapa setiap orang yang bepapasan dengannya di jalan.

 Ya…dokter yang masih bertahan dengan kesendiriannya namun terlihat bahagia dengan rumah sehatnya yang dikelola dengan sepenuh hati. Sebagai dedikasinya untuk mengabdikan diri di daerah yang telah melenakan jiwanya sehingga banyak sudah penduduk di pesisir sepanjang hutan bakau ini terbantu.

Dokter Lanti menetap di kota Bagansiapiapi sudah 23 tahun, kota kecil yang tak pernah terpikirkan olehnya sebagai tempat mengabdikan diri sebagai ASN. Meninggalkan kenangan manisnya dengan orang tua, saudara dan teman sepermainannya di masa kanak-kanak hingga remaja di kota Pekanbaru. Kota yang selalu ingin dikenangnya, dan sekaligus ingin dilupakannya dari kenangan yang membuat air matanya merebak. Bagansiapiapi terletak di Utara Provinsi Riau, dekat perbatasan Riau dengan Sumatera Utara, kota ini cukup jauh jaraknya dengan kota Pekanbaru sebagai ibu kota Provinsi Riau. Penduduknya sangat ramah dan familiar.

Penduduk kota Bagansiapiapi merupakan pendatang dari berbagai daerah dan suku bangsa. Penduduk asli selalu  menerima pendatang yang bekerja, berdagang ataupun bertani serta menetap di kota ikan ini dengan ramah. Walaupun kota kecil, pukul 3 subuh kota ini sudah ramai dengan hiruk- pikuk  pedaganag dan nelayan yang baru turun melaut dengan membawa hasil ikan segar yang akan di lelang  di pasar ikan, pagi yang gaduh. Ramai suara gelak tawa para nelayan dengan beberapa pedagang, ada teriakan toke ikan dengan insruksinya pada  nelayan dan juru timbang.   Dentingan gelas dan piring saling beradu, menghasilkan suara gaduh yang bergemerincing, para penjual sarapan sibuk melayani para nelaya yang lapar. Beberapa kelenteng juga sudah bersih dan aroma dupa merebak diantara  lembabnya hutan bakau yang tinggal sedikit disepanjang bibir pantai, aroma air laut yang asin.

Dokter Lanti gadis manis yang disegani di kota ini, Lanti memiliki rumah sehat yang melayani  warga yang tidak mampu dan belum dapat layanan kesehatan dari pemerintah daerah maupun layanan kesehatan berbayar yang lain. Dedikasi dalam pengabdiannya tidak diragukan lagi, wanita paruh baya yang masih gadis ini terlihat kokoh, charming dan elegan.  Lanti sangat menikmati suana pagi di daerah pesisir yang dikenal dengan banyaknya kelenteng. Disetiap jalan dan gang di kota ini terselip kelenteng yang dimiliki oleh masing-masing fam. Suara gaduh dari kejauhan merupakan harmonisasi pagi di daerah pesisir ini.

 Dokter yang tidak muda ini berperawakan tinggi ramping  selalu menjaga kesehatanya, setiap pagi setelah sholat subuh selalu menyediakan waktunya untuk joging berkeliling di lingkungan kediamannya. Tinggal sendiri bukanlah perkara mudah di wilayah ini. Untuk menentramkan hati orang tua dan teman temannya, Lanti ditemani sepasang suami istri  paruh baya tanpa memiliki anak. Dibuatkannya paviliun di samping rumah panggung yang ditata demikian asri dengan tanaman pohon yang rindang yang menaungi rumah eksotik tertsebut.

Dokter Lanti mengajak seorang perawat muda yatim piatu yang disekolahkannya di akademi keperawatan di kota Pekanbaru, dan gadis mungil yang bernama Tini inilah yang mengurus dan mengelola rumah sehatnya. Rumah yang mereka tempati merupakan rumah panggung Melayu yang sangat disukainya, peninggalan dan di daerah pesisir yang letaknya .(Lasia Kabran)

Posting Komentar untuk "CINTA DALAM DIAM."