Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Rumit 3


Musim penghujan di kota ini selalu membawa keriuhan tersendiri. Pagi ini hujan lebat melanda, angin bertiup cukup kencang. Apapun kondisinya aku tetap mesti ke kantor. Sarapan pagi sudah disediakan istriku, nasi goreng kampung dengan taburan ikan teri merupakan kegemaranku.

Tepat pukul 7.30 aku menjalankan kendaraan ku, menerjang hujan yang sudah mulai reda. Beberapa ruas jalan tergenang banjir, wilayah rendah dan saluran air banyak yang tersumbat. Warga kota yang kurang peduli salah satu banjir ini terjadi.

Sesampai aku diparkiran mobil, di basemen kantor ada perasaan lega. Karena ada beberapa agenda yang harus dituntaskan hari ini, hujan bukan penghalang. Ada rencana survei lokasi pengeboran ladang minyak baru, ini sebuah harapan. Keluar dari parkiran aku menuju lobi kantor, dan di sudut kiri lobi manajemen kantor menyediakan cafe untuk tamu sekedar nongkrong ngopi. Kulihat Darmi dengan secangkir kopi dan gadget dalam genggamannya. Kuhampiri lelaki paruh baya yang bertahan masih sendiri, perempuan seperti apa yang diseleksinya untuk dijadikan isteri, terlalu pemilih dan akhirnya dia tidak dipilih. Keasyikan kami ngobrol terhenti ketika Darmi berdiri dan menyapa Bu Mala Langit yang baru melintas, wanita itu tersenyum dan mengangguk. Dia menanyakan mobilnya yang dijanjikan selesai dalam waktu tiga hari, jika belum selesai, aku diwajibkannya merentalkan mobil untuknya, aku hanya tertegun ketika Darmi menjawab" siap Bu, nanti kita Carikan mobil yang nyaman untuk ibu". Aku menggerutu pada Darmi, ini namanya PK, Piti kalua jawabku kesal. (Lasia Kabran)

 

1 komentar untuk "Rumit 3"