Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Wiwik


 

Kopi yang kuteguk tanpa gula, dan menurut pengopi khasiatnya lebih bagus. Ini tegukan yang kesekian kali dan kuselingi dengan hisapan cerutu. Perpaduan aroma cerutu dan kopi sangat kusuka. Aku melihat dari kursiku segerombolan ibu-ibu yang mendatangi stand bazar yang aku bina. Salah satu dari mereka sepertinya aku kenal. Ya.. Wiwik temannya temanku Risa. Ada keinginan untuk menyapanya, namun aku ragu, takut dia lupa denganku.

Wanita dewasa dengan kegembiraan bagaikan gadis remaja, batinku. Namun kulihat Wiwik berbeda, kalem dan sesekali menyela pembicaraan temannya. Aku masih melihat mereka dengan sudut mataku. Untung aku memakai kaca mata hitam. Tentu mereka tidak tau aku amati.

Mereka mendekati batik pesisir yang dipajang, kemudian mengamati tas tangan wanita yang terbuat dari lidi sawit, sepertinya ada tawar menawar dengan penjaga stand Evi. Dan aku masih mengamatinya. Wanita selalu boros batinku, semua akan dibeli dan sukar dihentikan. Beberapa temannya memilih makanan ringan khas Bagan, ada kacang pukul dan touco. Sepertinya mereka rombongan dari kantornya. Aku masih mengamatinya dari sudut stand dibawah pohon akasia. Beberapa saat kemudian mereka berlalu melewati jalan setapak di depan mejaku ngopi. Lidahku tergerak untuk memanggil namanya, namun kelu. Aku hanya sanggup mengeja namanya dalam hatiku "Wiwik". Mereka masuk kedalam mobil Camry warna hitam dan meninggalkan arena stand. Aku dikejutkan Evi, yang memberikan kartu nama. " bang, ibu yang beli Tas tangan dan batik tadi suruh saya minta tagihannya sama abang" atau Abang ditunggu di kantornya. Aku baca namanya di kartu" Ir. Wiwik Lestari" tak salah lagi, dia yang kucari selama ini. (lasia kabran)

Posting Komentar untuk "Wiwik"