Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tengilku

 

Ya ampun, dia kembali lagi, batinku melihatnya dari kejauhan. Ya dia sekarang berdiri di podium, sebagai pengusaha sukses jebolan kampus ini, dia berpidato berapi api, dan aku berdecak kagum. Ya sebatas kagum , kutepiskan rasa yang pernah kami tautkan dimasa dia kuliah dulu, ya dia mahasiswaku Diakhir pidatonya dia mengungkapkan terima kasih untuk semua yang hadir, dan .. astaghfirullah dia menyebutkan namaku sebagai mentornya yang memiliki andil atas usahanya kini. Ingin rasanya aku nyungsep diantara bantalan sofa gedung ini, dan aku pastikan wajahku bersemu merah.

Dia Aldian, mahasiswa tengilku, mendatangi kursi tamu undangan dan tanpa diminta, dia duduk di sampingku, dan menyalamiku, apa kabar Lasia? Sapanya, perasanku tak menentu aku hanya mampu tersenyum dan secepatnya aku palingkan wajahku, tak mampu aku menatap mata elangnya. Dia berkata lirih, kamu sekarang sudah PR II, dan masih sendiri? Pertanyaan yang kurang ajar menurut ku, dan dia masih karakter yang sama bandel, keras kepala dan maunya sendiri, dan kini dia berhasil sebagai pengusaha sukses di kota ini, karena karakternya yang pantang menyerah.

Acara ulang tahun kampus tempatku bertugas berakhir pukul 12, dilanjutkan makan siang. Dan aku mencoba menjauh darinya, dan dia sepertinya menyadari itu. Dia bergabung dengan Rektor dan beberapa dekan, sebahagian besar mengenalinya. Selesai makan siang kami mengakhiri pertemuan bincang ringan, dan dia mendekati ku, aku bagaikan dipaku di lantai keramik gedung ini, tak dapat beranjak dan menghindarinya. Lasia kamu masih sendiri, mengapa? Maafkan aku meninggalkanmu tanpa berita. Sekarang aku di sini dan besok aku akan melamar mu, aku diam tak mampu berkata apa, dan tetap diam ketika dia merengkuhku dalam pelukannya. aku janji takkan meninggalkanmu sedepa darimu bisiknya. (Lasia Kabran)

Posting Komentar untuk "Tengilku"