Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Langit


Lelaki itu  terbaring lemas di bangsal yang disediakan rumah sakit. Aku cek suhu tubuhnya 39,20  C cukup tinggi untuk seusianya,  Joko nama yang tertera distatus pasien, usia 56 tahun. Perawat mengukur tensinya, 160/100  sedikit lebih tinggi dari yang normal . Kuraba keningnya, panas tubuhnya membuat aku merasa kasihan, lelaki seusia papaku, kulihat fisiknya cukup sehat dan  atletis.

Hari Senin sore tugas jagaku, seperti biasa aku didampingi beberapa perawat keliling dari satu bangsal ke bangsal lain, cek satu persatu pasien. Aku menyinggahi pak Joko yang ternyata positif Covid-19. Saat ini kulihat kondisinya lebih segar dan tidak ada selang infus ditanganya.

Aku memasuki kamar isolasi, lelaki  paruh baya yang masih menyimpan sisa ketampanan diwajahnya tersenyum padaku, giginya rapi terawat dengan baik. Mata elangnya tak lepas  mengamati wajahku, bibirnya mengeja nama yang tertera di jas praktikku, “dr.Mala Langit”, nama yang indah ujarnya. Dia bercerita padaku bahwa kekasihnya semasa SMA memiliki wajah, serta postur tubuh dan suaranya persis sama denganku. Aku iseng bertanya tentang kekasihnya. Matanya menatapku dengan suara bergetar dia menyebutkan sebuah nama ”Nita Langit”, kekasih yang tidak bisa dimilikinya, mereka berdua berkomunikasi intens walaupun sebatas whatsApp, sesekali pak Joko menelpon kekasihnya jika rindu melanda. Langit nama pemberianya sebagai kenangan cinta mereka berdua. Aku termangu, ketika dia menyebutkan nama Ibuku. (Lasia Kabran)

 

2 komentar untuk "Langit"