Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tetanggaku



Pagi ini kudengar keributan di sebelah rumah ku, ya aku tinggal besebelahan dengan keluarga yang heboh, dan  selalu ada keributan yang mereka timbulkan. Minggu lalu kulihat kapuk bantal berterbangan diterpa angin yang keluar dari jendela kamarnya, nah beberapa hari yang lalu kulihat mereka juga ribut dengan setumpuk belanjaan dari pasar dan si suami mengendong istrinya dari becak barang. Pasangan yang heboh namun romantis, ada perasaan lucu dan muak melihat perangai mereka berdua.

Dengan rasa penasaran, aku ke teras rumah menyiram bunga yang beberapa hari ini viral, sambil mendengar apa yang dipertengkarkan mak Butet dengan Pak Ucok. Ya, kami warga komplek menyebutnya demikian, karena mereka mempunyai sepasang anak, yang dipanggil dengan butet dan ucok. Sebenarnya nama mereka yang tertera di KTP adalah  Indra dan Merry.

Sayup kudengar Mak Butet menyebut nama Ani berkali kali, wanita muda yang ditinggal suaminya menjadi TKI ke Malaysia, wajah manis dengan body goald kata anak sekarang. Ani mengisi waktunya dengan berdagang kain dari rumah ke rumah karena belum dikarunia anak, dan setahuku mak Butet bukanlah langganannya. Mengapa namanya mereka perdebatkan? Kutempelkan kupingku kedinding rumahku, terdengarlah raungan mak Butet, “Mengapa kau bonceng dia bang, kau biarkan aku berjalan kaki dari warung mak Ipah, aku panggil kau tak dengar. Kata mak Ipah sering kali kau antar jemut dia ke warung mak Ipah, kurang ajar kau bang, dipeluknya pinggang kauuuu, dan kudengar suara piring pecah dan raungan mak butet memekakkan suasana pagi di komplekku. (Lasia Kabran)


1 komentar untuk "Tetanggaku "