Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Limbah 3


Suasana libur semester terasa sekali di desa Sukajadi, jalanan yang belum diaspal secara menyeluruh ini sepi, sesekali jalan di depan rumahku dilewati kendaraan roda dua yang suara kenalpotnya brisik. Beberapa mobil tanki membawa minyak melewati jalan besar antar provinsi. Tak kudengar riuh suara anak anak sekolah berlajalan bergerombolan, atau deringan suara lonceng sepeda yang diiringi gelak tawa muridku. 

Suasana SD  tempat ku mengajar sepi, beberapa ekor kambing peliharaan penduduk melintasi pagar sekolah dan berkeliaran memakan beberapa tumbuhan. Aku memanggil pak Kirno penjaga sekolah, dengan gesit dihalaunya kambing yang berlarian sambil meninggalkan kotoran disepanjang koridor kelas.

Suara deruman mobil kudengar dari ruanganku, Husin turun dari mobil pik Upnya dan ngobrol sebentar dengan pak Kirno. Aku menyongsong kehadiran Husin ke pintu dan dia berhenti tepat di depanku. Husin mengajakku ke ibu kota Kabupaten, kulihat jarum jam ditanganku pukul 8.30 wib, dia berjanji dengan Bupati sahabat masa kuliahnya  pukul 12.00 wib pada saat makan siang. 

Ada keraguan dibacanya dari mataku, dia memaksaku ikut agar bisa menjelaskan kegelisahan warga akibat aroma tak sedap yang dikeluarkan dari pabrik getah yang terletak di area pemukiman penduduk, dan tidak jauh letaknya  dari sekolah. “Melati, aku ambil cuti untuk menemani kamu dan muridmu menanam bakau di pesisir pantai, dan ini kesempatan baik untuk bertemu bupati, semoga warga desa ini bebas dari polusi udara akibat limbah getah” ujarnya sambil menggenggam jemariku.(lasiakabran) 

Posting Komentar untuk "Limbah 3"