Limbah 5
Hendampingi Husin menjumpai sahabatnya seorang petinggi di ibu kota kabupaten merupakan pengalaman baru bagiku. Makan siang kali ini mengingatkanku dimasa kuliah, kenangan yang pupus dari ingatanku terulang kembali, bukan di kantin kampus, namun di meja makan besar yang terbuat dari kayu jatui di kantor Bupati.
Menu makan siang yang sederhana namun menerbitkan selera, goreng ikan asin tenggiri, asam pedas selais, lalapan tenggek burung dan sambal belacan, tak sabar ingin menyantapnya.
Di meja makan, Husin bercerita mengingatkan perjuangannya di masa kuliah, dia mengenalkanku sebagai teman dekat di masa kuliah yang belum sempat dikenalkannya pada masa itu.
Sampailah perbincangan kami tentang aroma tak sedap yang selalu kami hirup di desa Sukajadi. Pak Bupati berjanji akan memanggil pihak perusahaan untuk mencari solusinya untuk membahas polusi udara dan limbah pabrik yang menggangu warga dusun.
Santap siang penuh kesan dan harapan, batinku. Selesai makan siang, kami diajak berkeliling kantor Bupati, Husin cukup dikenal di kantor yang megah ini. Setiap kami berjalan beberapa orang menyapa dan bersalaman dengan Husin, bahkan aku harus berdiri disampingnya berusaha bersikap tenang menerima tatapan penuh tanya dari kenalannya.
Diakhir perjumpaan pak Bupati mengiringi langkah kami menuju pelataran kantor bupati, beliau menyalamiku, “Semoga harapan bu guru dapat kita tindaklanjuti, dan harapan Husin bisa menjadi kenyataan” aku hanya tersenum sambil mengaggukan kepala mengucapkan terimakasih. (Lasia Kabran)
Posting Komentar untuk "Limbah 5"